SURVEI WOSM: PRAMUKA LEBIH AKTIF, SIAP KERJA, TANGGUNGJAWAB & DIPERCAYA

Survei di 3 negara membuktikan, bahwa anggota Pramuka Penggalang ternyata melakukan kegiatan fisik 20,2% lebih banyak dibandingkan yang bukan Pramuka, juga 16,6% lebih aktif sebagai warganegara, serta 16,2% lebih tinggi dalam keterampilan hidup dan kesiapan bekerja, dan 13,7% lebih bertanggung-jawab dan lebih bisa dipercaya dibandingkan yang bukan Pramuka.

Itulah hasil survei pada Bulan Maret 2018 yang baru pertama-kalinya dilakukan oleh WOSM (Organisasi Gerakan Pramuka Dunia) di 3 negara di 3 benua: Kenya, United Kingdom, dan Singapura, yang melibatkan responden sebanyak 2.685 anggota Pramuka Penggalang berusia 14-17 tahun dan 936 remaja sebaya yang bukan anggota Pramuka sebagai pembandingnya. Analisa data statistik dilakukan oleh SocStats, sebuah lembaga nirlaba di London yang berpengalaman menganalisa data di bidang sosial.

WOSM (World Organization of the Scout Movement) mengukur 14 aspek yang ditekuni dan dilatih oleh anggota Pramuka Penggalang berusia 14-17 tahun, dan hasilnya, anggota Pramuka memiliki skor yang lebih tinggi pada 13 aspek. Skor tertinggi adalah, anggota Pramuka Penggalang ternyata melakukan kegiatan fisik 20,2% lebih banyak dibandingkan yang bukan Pramuka, serta 16,6% lebih aktif sebagai warganegara, juga 16,2% lebih tinggi dalam keterampilan hidup dan kesiapan bekerja, dan 13,7% lebih bertanggung-jawab dan lebih bisa dipercaya dibandingkan anak sebayanya yang bukan Pramuka.

Anggota Penggalang juga 12,8% lebih sadar akan pentingnya lingkungan hidup, serta 12% lebih terampil dalam kepemimpinan, 12% lebih terbiasa dalam kerjasama tim, dan 11,4% lebih tinggi dalam inteligensi emosional dibandingkan yang bukan Pramuka.

Dalam aspek lainnya, anggota Penggalang 9,5% lebih peka terhadap dunia sekitarnya, juga 9,3% lebih toleran terhadap keberagaman, dan 9,2% lebih tinggi dalam rasa memiliki dan kebersamaan, serta 7,2% lebih ulet dan tangguh, dan 6% lebih mampu dalam memecahkan masalah.

Satu-satunya skor yang rendah pada anggota Penggalang, dan ini agak mengejutkan, adalah pada aspek agama dan kemampuan merefleksi diri sendiri, yang 2,2% lebih rendah dibandingkan anak sebayanya yang bukan Pramuka. Bahkan dalam survei, ada anggota Penggalang yang mengaku tidak beragama. Skor ini di-interpretasi-kan bahwa: bagi anggota Penggalang berusia 14-17 tahun, walaupun mereka beragama, namun itu bukanlah hal yang penting untuk dikedepankan. Juga refleksi diri belum menjadi hal penting, karena pada usia tersebut mereka masih didukung orangtua dan keluarganya.

Sekjen WOSM Ahmad Alhendawi menyatakan kegembiraannya atas hasil survei ini. “Ini untuk pertama-kalinya kita memiliki data kongkrit tentang pengaruh atau manfaat kepramuka-an, bukan hanya melalui kisah-kisah menarik tentang ke-pramuka-an, namun berupa hasil riset yang ilmiah.”

Diyakininya bahwa melalui riset-riset seperti ini WOSM akan mampu membantu NSO (National Scout Organization) mengembangkan pelatihan dan kegiatan ke-pramuka-an yang berkualitas sehingga mudah merekrut anggota baru dan mempertahankan anggota yang telah ada, dalam rangka mencapai Visi WOSM 2023.

Riset tahap selanjutnya akan melibatkan lebih banyak responden di 3 negara di 3 benua: Meksiko, Perancis dan Arab Saudi. Riset-riset selanjutnya akan diarahkan untuk mengukur pengaruh ke-pramuka-an pada masyarakat, pada karir profesional anggota Pramuka, dan pengaruh atau manfaat berpartisipasi pada kegiatan Pramuka Dunia. (Brata T. Hardjosubroto – Ketua APR Scouting Profile sub-committee)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *