Sejarah Kalpavriksha

Kunci utama untuk mengurangi kesalahan di masa datang, adalah dengan mempelajari sejarah di masa lalu!

BRIGADE PELOPOR - DAKSINAPATI

Sejak dekade 1960-an, mahasiswa UI sudah kenal dengan kegiatan kepramukaan. Terbukti dengan adanya pembentukan Brigade Pelopor oleh Drs. Fuad Hasan (sekarang Prof. Dr. Fuad Hasan, mantan Mendikbud) yang nantinya menjadi cikal bakal pembentukan golongan Pandega dalam Gerakan Pramuka.

Namun entah karena apa, keterlibatan mahasiswa UI dalam kegiatan tersebut tidak lagi teramati pada masa-masa selanjutnya, sungguhpun ada beberapa mahasiswa UI yang terlibat dalam kegiatan Gerakan Pramuka hingga tingkat nasional.

Beberapa diantaranya bahkan sempat duduk dalam Dewan Kerja Penegak Pandega Nasional (misalnya Indradjid Soebardjo – mantan Dekan FTUI, Herkrisyati – FSUI, staf The British Council Jakarta, dll).

Usaha pembentukan gugusdepan oleh mahasiswa UI juga telah menghasilkan adanya gugusdepan yang berpangkalan di asrama mahasiswa Daksinapati – Rawamangun. Sayang sekali, gugusdepan ini tidak berkaitan dengan organisasi Universitas Indonesia (hanya usaha beberapa mahasiswa). Sehingga tidak diketahui oleh pimpinan Universitas. Bahkan akhirnya dikelola oleh orang luar yang tidak ada sangkut pautnya dengan UI. Memang gugusdepan tersebut hanya memiliki satuan Siaga dan Penggalang.

USAHA MAHASISWA - RENCANA TEMU KARYA

Usaha membentuk gugusdepan dengan satuan Penegak/Pandega yang berkaitan dengan UI (setara dengan Menwa, Mapala, dll.) timbul pula pada kurun waktu sekitar 1980. Tetapi usaha tersebut tidak pernah berhasil. Disebabkan pimpinan UI belum melihat perlunya satuan gugusdepan di UI.

Usaha sekelompok mahasiswa UI di Rawamangun pada akhir tahun 1983 untuk membentuk gugusdepan di kampus UI mendapat sambutan. Perlu diketahui, pada tahun 1980 telah ditandatangani Surat Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud – Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka tentang Pembentukan Gugusdepan yang Berpangkalan di Perguruan tinggi. SKB ini diikuti dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 054/1982 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gugusdepan yang berpang-kalan di Perguruan Tinggi. Hal ini tentunya mendorong pimpinan UI untuk mendukung usulan para mahasiswa tersebut.

Apalagi Dirjen Pendidikan Tinggi bersama Kwarnas telah merencanakan Temu Karya Pramuka Perguruan Tinggi Nasional pada bulan Februari – Maret 1984. Rektor UI tentunya tidak ingin UI tidak terwakili dalam acara tersebut. Lebih-lebih Rektor UI pada masa tersebut (alm. Prof. Dr. Nugroho Notosusanto) akan memberikan prasaran dalam kedudukannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bersama Menpora dr. Abdul Ghafur.

GUDEP KILAT - KORPRI

Proses pembentukan gugusdepan tersebut juga tergolong langka. Kebanyakan gugusdepan harus melalui tahap gugusdepan persiapan sebelum diresmikan oleh Kwartir Cabang. Masa persiapan ini adakalanya dapat berlangsung hingga 2 tahun. Tetapi proses pembentukan gugusdepan di kampus UI berlangsung cepat.

Pada tanggal 29 Oktober 1983 diadakan pertemuan pertemuan antara para mahasiswa dengan pimpinan universitas. Dan pada tanggal 28 November 1983 sudah diadakan upacara peresmian gugusdepan Jakarta Pusat 373-374 yang berpangkalan di kampus UI. Peristiwa yang berlangsung cepat ini memang cukup unik.

Dalam rapat yang dihadiri oleh 9 mahasiswa pada tanggal 29 Oktober 1983 di ruang sidang Rektorat Salemba itu, dibentuklah Panitia Pembentukan yang di antara anggota lebih dikenal sebagai Korpri (Korps Perintis).

Sebagai Ketua dipilih Indah Rimbawati (FS 82), Wakil Ketua Antonius Iwan Bachtiar (FH 81), Sekretaris Toto Garjito Yuwono (FS 82), Wakil Sekretaris Firdauzi Dwiandhika (FISIP 81), Bendahara R. Ario Krestianto (FS 82). Selanjutnya Suradi (FS 82) dan Deni Kurniadi (FS 82) pada seksi perlengkapan. Wied Prija Soebroto (FISIP 80) dalam seksi Humas. Murni Setiati Ireni (FS 82) pada seksi konsumsi. Serta Happy Zulkarmi (FS 82) dan Ardhi Subandri (FS 82) sebagai seksi keamanan. Pada rapat tersebut hanya hadir 9 mahasiswa, tidak termasuk Ardhi Subandri dan Deni Kurniadi.

DUKUNGAN DAN TANTANGAN

Sebelum pembentukan panitia tersebut, Indah telah berusaha menghubungi Kwartir Nasional tentang kemungkinan pembentukan gugusdepan di kampus UI. Usaha untuk mendapat dukungan Kwarnas ini agak mendapat hambatan.

Saat itu Kak Slamet Mohammad Fajar (Kak Fajar – Staf Kwarnas, sekarang Pembina) menyarankan Indah menemui mahasiswa UI yang menjadi anggota Dewan Kerja Nasional, yaitu Fairus Aziz Pulungan (FK 80). Tetapi Fairus menyatakan hal tersebut sulit dan mustahil dilaksanakan. Untunglah Indah dan kawan-kawan tidak patah semangat. Sehingga akhirnya dapat membuktikan bahwa usahanya dapat berhasil.

Kak Fadjar juga menghubungkan Indah dkk. dengan Drs. Sudibyo Setyobroto (Kasubdit Kegiatan Kemahasiswaan – Anggota Tim Pengembangan Pramuka Perguruan Tinggi). Dengan bantuan Drs. Sudibyo inilah usulan Indah dkk. tentang pembentukan gugusdepan di kampus UI dapat diterima pimpinan universitas.

Dengan bantuan pihak-pihak tersebut, panitia dapat memperoleh susunan Majelis Pembimbing Gugusdepan yang terdiri dari

      • Dr. Nurhadi Magetsari (Dekan FSUI)
      • Hs. Mutahar (Anggota Mabinas, Warga Kehormatan UI)
      • Mastini Hardjoprakoso, MLS (Andalan Nasional, Kepala Perpustakaan Nasional)
      • Drs. Sudibyo Setyobroto

Susunan Mabigus ini dilengkapi dengan dua nama lagi. Namun usaha menghubungi Prof. Dr. Fuad Hasan dan Prof. Dr. Harsya Bachtiar tidak berhasil karena keduanya tidak berada di tempat (di luar negeri).

MENEMBAK PEMBINA

Sebagai Pembina diharapkan Ir. Indradjid Soebardjo (Dekan FTUI waktu itu), dr. Mpu Kanoko (dosen FKUI), Bunda D. Boenakim (staf Kwarnas) dan Dra. Lies K. Wibisono (dosen FKUI). Ir. Indradjid pada masa muda adalah rekan Ir. Djoko Hartanto (Purek III UI) dalam Suku Panca Darma (kelompok Penuntun/Penegak yang berpangkalan di kampus UI sekitar tahun 1960-an) yang dipimpin (dibina) oleh Bapak Hs. Mutahar. Dra. Lies K. Wibisono adalah asisten Bunda D. Boenakim di gugusdepan yang berpangkalan di SMA Santa Ursula.

Nama dr. Mpu Kanoko diperoleh melalui Kak Fadjar yang kebetulan mengenalnya sebagai sesama Pembina Pramuka di Jakarta Pusat. Dalam suatu kesempatan rapat, panitia langsung ‘menembak’ dr. Mpu Kanoko sebagai pembina dan disetujui oleh pimpinan UI tanpa meminta kesediaan beliau terlebih dahulu. Harapan awal dr. Mpu saat dipaksa menyetujui penunjukan tersebut adalah: ‘semoga gugusdepan ini tidak segera bubar setelah dibentuk’.

Saat peresmian gugusdepan, terjadi komposisi pembina dan majelis pembimbing yang agak berbeda dengan rencana. Secara ex-officio Ketua Mabigus adalah Rektor UI dengan Ketua Harian Pembantu Rektor III UI. Anggota lainnya adalah :

      • Ir. Indradjid Sebardjo (Sekretaris)
      • Hs. Mutahar
      • Drs. Sudibyo Setyobroto
      • Dr. Nurhadi Magetsari
      • Mastini Hardjoprakoso, MLS.
      • Prof. dr. WAFJ Tumbelaka (Purek I UI).

Sedangkan susunan Pembina adalah :

    • dr. Mpu Kanoko
    • Ir. Tris Budiono (dosen jurusan Mesin FTUI)
    • Bunda D. Boenakim
    • Dra. Lies K. Wibisono.

RANGKAIAN UPACARA

Upacara pengukuhan Mabigus berlangsung pada tanggal 28 November 1983 di Ruang Sidang Bank Dunia IX Salemba. Upacara inipun memiliki kisah tersendiri. Seharusnya dalam suatu pengukuhan/peresmian gugusdepan baru, Ketua Majelis Pembimbing Ranting (Camat) atas nama Ketua Majelis Pembimbing Cabang melantik Ketua Mabigus. Pada kasus peresmian gugusdepan di UI, pihak Mabiran berkeberatan untuk melantik Prof. Dr. Nugroho. Mengingat kedudukan beliau sebagai rektor adalah setingkat Kwarda. Apalagi kedudukan beliau selaku Mendikbud adalah anggota Mabinas. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pelantikan diambil alih oleh Ka Mabicab (Walikota Jakarta Pusat).

Setelah pengukuhan Mabigus, dilaksanakan upacara peresmian Gugusdepan Jakarta Pusat 373-374. Dalam hal ini pelantikan dilakukan oleh Ka Kwartir Cabang Jakarta Pusat. Upacara berlangsung di lapangan parkir rektorat UI Salemba. Pada malam harinya dilangsungkan upacara penerimaan 44 anggota pramuka UI yang dipimpin oleh Kak Mutahar.

PERIODE AWAL - TAHAP KONSOLIDASI

Pada masa awal dibentuklah Dewan Racana dengan susunan sebagai berikut :

      • Ketua : Fairus Aziz Pulungan (FK 80)
      • Wakil Ketua : Indah Rimbawati (FS 82)
      • Sekretaris : Margaretha Succi K. Christy (FPsi 82)
      • Wk. Sekretaris : Antonius Iwan Bachtiar (FH 81)
      • Bendahara : Bambang Wachyudianto (FMIPA 82)
      • Wk. Bendahara : Pujiastuti Sudewa (FS 81)
      • Pemangku Adat Putra : Julivan Pertamawan (Fpsi 81)
      • Pemangku Adat Putri : T. Widarini (FISIP 81)

Susunan ini lebih didasarkan pada pemerataan sesuai dengan saran Pembantu Rektor III UI, Ir. Djoko Hartanto. Tampak pula bahwa susunan pengurus ini dipengaruhi oleh konsep organisasi non-pramuka yang tidak memiliki prinsip satuan terpisah.

Sekalipun Dewan Racana merencanakan untuk lebih dulu mengadakan konsolidasi ke dalam, namun berbagai tuntutan dari luar menunda rencana konsolidasi tersebut. Tuntutan tersebut antara lain datang dari:

      • Dirjen Pendidikan Tinggi yang meminta partisipasi pramuka UI dalam Temu Karya Nasional Pramuka Perguruan Tinggi untuk membawakan makalah tentang “Pioneering dalam Gerakan Pramuka” pada bulan Februari – Maret 1984. Saat itu gugusdepan muda ini juga dituntut untuk menyambut para peserta yang ingin berkunjung ke kampus UI.
      • Resimen Mahasiswa UI mengundang partisipasi Pramuka UI dalam kegiatan Tapak Agramuda (napak tilas rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman), Januari 1984.
      • Universitas meminta Pramuka UI membantu kepanitiaan perkemahan mahasiswa baru Cinta Lingkungan yang diadakan di Cipelang – Sukabumi, Januari 1984.
      • Universitas juga mengundang wakil Pramuka UI untuk mengikuti Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa tingkat Universitas, Januari 1984.
      • Panitia Kursus Pelatih PPPK di Kwartir Nasional mengundang Pramuka UI sebagai peserta dalam Kursus Pelatih PPPK yang diadakan sekitar Februari – April 1984.
      • Panitia Wisata Karsa Bumi juga meminta partisipasi para Pramuka UI untuk berwisata sambil berkarya bagi lingkungan di Ujung Kulon, Maret 1984.

Satu-satunya kegiatan konsolidasi ke dalam yang dapat dilaksanakan adalah Perkemahan Jusatri, April 1984. Perkemahan dilaksanakan di Sukamantri, Bogor. Diikuti sekitar 17 orang anggota. Hadir dalam perkemahan tersebut para Pembina kecuali Kak Lies K. Wibisono.

Pada bulan Maret 1984 tersebut untuk pertama kalinya hadir seorang calon Pembina baru di gugusdepan. Yaitu Dra. Mariati Sutiono (dosen Fpsi UI). Namun karena adanya berbagai kesibukan, maka Kak Mariati baru bisa aktif membina setelah kampus UI berada di Depok.

MUSPANITERA PERTAMA - KUDETA DALAM RACANA

Atas usulan Kurniawan Rahardjo, diselenggarakan Musyawarah yang pertama. Karena saat itu belum ada aturan organisasi, maka tujuan musyawarah adalah menyusun aturan tersebut. Namun sangat disayangkan hanya sekitar 15 anggota yang hadir dalam kegiatan tersebut. Bahkan Ketua Dewan Racana tidak dapat hadir pada acara tersebut. Sehingga tidak heran jika musyawarah ini dianggap sebagai kudeta terhadap Dewan Racana.

Hasil-hasil musyawarah adalah sebagai berikut :

      • Tata organisasi mulai tersusun.
      • Timbul usulan nama Racana Kalpaweksa bagi Pramuka UI, sesuai misi kegiatan racana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
      • Rencana kegiatan sampai dengan Maret 1985 yang telah disusun.
      • Terbentuk pengurus Harian Dewan Racana yang terdiri dari :
        • Ketua : Indah Rimbawati
        • Sekretaris:
          • 1. Margaretha SKC
          • 2. Toto Garjito Yuwono
        • Bendahara:
          • 1. Bambang Wachyudianto
          • 2. Anissa Syamsudin
        • Pemangku Adat:
          • 1. Wied Prija Soebroto
          • 2. Urilawati D. A. Lihiang
        • Seksi-seksi
          • A. Teknik Kepramukaan: Kurniawan Rahardjo
          • B. Evaluasi : Deni Kurniadi.

Hal-hal yang belum dibicarakan antara lain:

      • Adat Racana
      • Pokok-pokok Kegiatan.

Meskipun konsep sudah dibuat, kedua konsep ini tidak kunjung disahkan karena keterbatasan waktu.

PERIODE 1984-1987 - RACANA LIMA BELAS

Setelah periode pembentukan gugusdepan selesai, maka kini mulai periode pengembangan organisasi. Namun, karena kebanyakan anggota adalah orang awam dalam dunia kepramukaan pandega, maka pasti terjadi cerita “haru” dan “lucu” tentang keadaan jatuh bangun di racana. Antara periode ini ada pelajaran berharga yang dapat diambil.

Suatu waktu, Dewan Racana bertekad keras untuk melakukan “konsolidasi dulu ke dalam”. Dan untuk itu DR mengambil keputusan untuk menutup diri, tidak menerima dahulu anggota baru. Tapi setelah satu periode DR berakhir, ternyata rencana konsolidasi tidak berhasil dijalankan dan tidak ada pula anggota baru yang masuk untuk menjadi penerus organisasi. Maka sekarang ada prinsip, “silahkan saja konsolidasi, tapi penerimaan anggota baru harus jalan terus!”

Hal yang aneh adalah kebiasaan yang terjadi setiap Kemah Adat bulan November. Kemah yang punya fungsi untuk kumpul-kumpul setiap ulang racana ini, seringkali dihadiri oleh 15 orang anggota. Selalu 15 pas! Akhirnya sejak itu ada istilah ‘racana limabelas’ buat Racana Kalpavriksha. Pada waktu itu istilah “racana 15” cukup santer dikenal perguruan tinggi lain, karena menggambarkan keadaan racana perguruan tinggi yang paling sedikit jumlah anggotanya di Indonesia.

Setiap kemah Adat, kebiasaan yang berlaku adalah memanggang ayam sesuai angka ulang tahun racana. Tapi sebelum dipotong, ayamnya harus dilepas dulu dan dikejar-kejar oleh Ketua Sangga Kerja. Maksudnya biar ada perjuangan dulu dari Ketua Sangker dan ada juga pembelaan dari ayamnya! Nah, sewaktu Kemah Adat 4, ternyata jumlah ayamnya ada 5. Kelebihan satu. Kak Mpu yang biasanya sangat rasional itu, kali ini mulai belajar meramal. Katanya pada ulang tahun ke 5 nanti, di racana akan terjadi kemajuan besar. Wah, rupanya memang betul! Saat ulang tahun ke 5 ada kegiatan nasional di UI. Arena Kalpavriksha 1988.

Anggota putri disebut Sasa, sedangkan anggota putra mendapat panggilan Kaka. Jadi ada yang bergelar Sasa Bawel, Sasa Rewel, dll. Buletin yang beredar di racana pun mendapat nama CAKA (dibaca Syaka), dari kata Sasa dan Kaka.

Kegiatan selama ini hampir seluruhnya dipusatkan di Kampus Salemba. Walaupun banyak anggota yang kuliah di Kampus UI Rawamangun. Hubungan dijalin dengan Kwartir Ranting Senen, dan saat ini racana sering mengadakan acara untuk Siaga dan Penggalang.

PINDAH KE DEPOK - ARENA KALPAVRIKSHA 1988

Tahun 1987 Kampus UI dipindahkan ke Depok. Semua Fakultas yang berasal dari Kampus Salemba dan Rawamangun pindah ke Depok, kecuali FK, FKG dan FE. Saat ini Racana Kalpavriksha telah merencanakan untuk menyelenggarakan kegiatan pramuka perguruan tinggi tingkat nasional di UI, maka pramuka mendapat tempat sekretariat di lantai 6 Gedung Rektorat UI. Saat itu yang menjadi Ketua Sekar dan Ka DR putri adalah Yuliani Umar (FS Sejarah, D). Sedangkan Ka DR putra adalah Sarwono Subali (FMIPA D3, D). PA putra dan putri masing-masing dijabat oleh Bambang Wachyudianto (D) dan Indah Rimbawati (D).

Kegiatan Arena Kalpavriksha adalah kegiatan nasional pertama yang kita selenggarakan. Arena Kalpavriksha dijadwalkan akhir tahun 1988 untuk memperingati Lustrum I (ulang tahun ke 5) Racana Kalpavriksha. Aktivitas ini diadakan pada November 1988, beberapa hari setelah Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Dilli, Timor-Timur. Ketua Sangga Kerja AK adalah Bambang Wachyudianto (D), Sekretaris Nila Ayunda (D). Kabid kegiatan Indah Rimbawati (D). Pameran Ahmad Safari (CD). Perkemahan Sarwono Subali (D), dll. Dan dengan dukungan jumlah anggota yang minim yang kebanyakan adalah anak baru, acara harus berjalan. Anggota baru yang langsung “naik pangkat” untuk memimpin sidang adalah Ardi Sutopo (Fpsi 87, WG), dan yang mewakili tim racana UI dalam diskusi adalah Dwi Malistyo (Yuyud, FT Elektro 87, WG). Anggota lain di konsumsi Endang Wahyu Lestari (Tari, FS Perpustakaan 88, WG). Juga ada Etty Herawati (FH 88, WG) di perkemahan.

Acara AK 1988 adalah Pameran, Seminar dan Bakti. Tema seminar adalah peran pramuka perguruan tinggi bagi almamater, Gerakan Pramuka dan masyarakat. Diikuti oleh utusan hampir dari seluruh Indonesia. Seminar dilangsungkan di Lantai 8 rektorat. Pameran diselenggarakan di Balairung, dengan peserta Senat Mahasiswa Fakultas (SMUI belum ada), Kwarnas, KAPA FTUI, utusan pramuka perguruan tinggi, dll. Acara bakti adalah penghijauan di lahan utara kampus UI (sekarang dibangun asrama) dengan menanam pohon akasia mangium yang dipimpin Pratiwi (Tiwuk, FMIPA Biologi 88, WG). Untuk Bina Satuan, peserta dibagi ke gugusdepan-gugusdepan di wilayah Depok untuk membina (dipimpin Burhanudin, FMIPA Kimia D3 87, WG).

Yang menarik adalah akomodasi. Peserta tinggal dalam perkemahan (dipimpin lurah Dewi “Dodol”, FMIPA Kimia D3 88, WG) yang terletak di sekitar menara air belakang rektorat dimana belum ada jalan, rumputnya masih tinggi, dan pernah terlihat ular sewaktu perkemahan percobaan. Tendanya adalah tenda peleton dari Mabes Polri. Semua tidur memakai velbet. Masalah air mandi sangat terasa. Ada peserta yang jarang mandi akibat kesulitan air.

Namun, walau pelbagai sarana kurang, tapi kegiatan ini ternyata membawa kenangan indah bagi semua peserta. Lagu baru yang sering dinyanyikan waktu itu adalah ‘Kemesraan’, ciptaan Franky. Di luar masalah sarana, rancangan konsep Arena Kalpavriksha dinilai sangat berhasil mencapai sasaran.

ALIH GENERASI

Setelah AK 1988 berakhir, terasa sekali lelah fisik dan mental. Bulan Januari 1989, Burhanudin (WR) memegang sangga kerja Kemah Adat yang tertunda akibat AK. Tempat yang dipilih adalah Sukamantri.

Kegiatan yang menyusul setelah itu adalah Musyawarah 1989. Di sini terjadi alih angkatan. Dimana dari seluruh pengurus Sekar, tidak ada orang-orang pendiri racana. Ketua Sekar adalah Sarwono Subali (FMIPA D3 Kimia ‘86, D), Ka DR putri Nila Ayunda (FS Arab 83, D), PA putra Bambang Sumantri (FMIPA D3 Mat ‘85, D), PA putri Yuliani Umar (FS Sejarah, D). Jumlah pandega saat itu ada 4 orang, yaitu ketua dan pemangku adat. Anggota lain rata-rata berjenjang Warga Racana.

SPK - STUDI PENGENALAN KEPRAMUKAAN

Sebelum tahun 1989, ada pelatihan untuk calon anggota sebelum masuk racana. Pelatihan itu disebut SPOK (Studi Pengenalan Orientasi Kepramukaan). Di sana anggota DR, terutama pandega, memberi ceramah tentang organisasi racana dalam beberapa pertemuan latihan. Namun disayangkan hampir seluruh peserta SPOK 1988 lenyap. Apakah ada sistem yang salah?

Untuk itu perlu ada perbaikan metode rekrutment anggota. Dan dengan kebutuhan memperkuat pemahaman anggota tentang pandega, maka Dewan Racana 1989-1990 mengganti SPOK dengan konsep kegiatan baru bernama SPK (Studi Pengenalan Kepramukaan). Kegiatan SPK bukan pelatihan anggota baru seperti SPOK, namun lebih mirip seminar dengan tujuan publikasi kegiatan dan konsep pembinaan kepramukaan. Anggota yang ikut tidak wajib masuk pramuka. Jadi disini berbeda dengan SPOK. Pembicara di SPK antara lain Kak Mutahar, Kak Mpu, Kak SM Fajar, dll. Ketua Sangga Kerja SPK 89 adalah Dwi Malistyo (Sie Diklat, WR).

Saat perencaan SPK, DR sempat mendengar akan terbentuknya gugus-depan di UPN. Untuk menunjukkan dukungan terhadap embrio gugusdepan UPN, maka DR melalui sangga kerja mengirim surat undangan ke UPN agar mengikuti SPK 1989. Mereka mengutus 2 orang perwakilan dan sejak itu terjalin persahabatan antar racana.

TRIENNAL INTERVARSITY GAMES 1989

Menjelang akhir tahun 1989, UI mendapat giliran mengadakan TIG (Triennal Intervarsity Games) yang merupakan pesta olahraga antar perguruan tinggi UI, Univ. Malaysia, Univ. Brunei, Univ. Singapore, dan Univ. Hongkong (perguruan tinggi yang memakai nama negara). Pramuka diminta mengibarkan bendera dengan iringan musik Mahawaditra. Event ini amat penting, karena semua mahasiswa UI akan menyaksikan pembukaan TIG ini di stadion UI. Ketua Sangga Kerja yang ditunjuk adalah Ardi Sutopo (Sie Litbang racana, WR), peserta pengibar adalah anak-anak baru hasil SPK 1989, konsultan protokol adalah Kak Mutahar, yang berpengalaman sebagai protokoler istana negara. Ternyata tugas itu berlangsung sangat sukses. Selama acara TIG, anggota pramuka menjadi petugas Victory Ceremony (upacara penghormatan pemenang).

Khusus petugas bendera TIG, mereka dilantik dulu menjadi penegak Bantara setelah melewati acara Perjalanan Malam di hutan kampus UI. Bagi lulusan SPK 1989 yang berminat menjadi anggota, setelah Perjalanan Malam itu mereka diterima menjadi Warga Gugusdepan di Danau Politeknik. Lulusan SPK 89 disayangkan banyak yang hilang, mungkin karena penanganan seterusnya kurang baik. Beberapa orang lulusan SPK 89 yang masih aktif dan kemudian menjadi tulang punggung racana adalah Wening Pusparini (FH 89, WG), Fajar Reza Budiman (FMIPA Biologi 88, WG) dan Yudho Bintoro (FMIPA Kimia 88, WG).

Pada masa ini banyak usaha konsolidasi dan kaderisasi yang dilakukan. Begitu pula pengiriman utusan-utusan ke luar daerah. Misalnya undangan ke Univ. Saraswati Bali. Anggota yang dikirim adalah Etty Herawati (FH 88, CD), Sundusiyah (FH 88, CD), Burhanudin (CD) dan Wahyu Saeful Bahri (CD). Pengalaman lucu mereka adalah ketinggalan kereta di Jawa Tengah sewaktu mereka turun jalan-jalan di salah satu stasiun.

Tanggal 27 Januari 1990, anggota lain diutus ke IKIP Surabaya. Mereka adalah Dwi Malistyo (CD), Ardi Sutopo (CD), Pratiwi Dyah Kusumo (CD) dan Tuty Prihartiny (FISIP Kes Sos 88, CD). Bersamaan dengan ulang tahun pramuka IKIP, mereka membicarakan UU No 2/1989 tentang Pendidikan Nasional yang saat itu baru diumumkan oleh Mendikbud Prof. Dr. Fuad Hasan. Pada waktu itu semua jenjang mereka adalah CD (Calon Pandega, sekarang jenjang ini tidak ada lagi).

Banyak lagi utusan keluar yang dilakukan. Memang sejak sebelum Racana Kalpavriksha berdiri, sudah banyak kegiatan seperti ini. Hampir mirip arisan. Acaranya serupa, namun tempatnya saja yang berganti-ganti. Karena itu demi pengembangan wawasan anggota, racana juga menggilir anggota yang akan diutus keluar. Syaratnya sudah mencapai jenjang WR. Dan setelah pulang, harus menulis laporan, mempresentasikan hasil kegiatan, dan membagi wawasan untuk anggota lain.

RENCANA MLB - PINDAH KE PUSGIWA UI

Sekitar bulan Februari 1990 Ketua Dewan Racana, Kak Titut (Sarwono Subali), lulus dari kuliah dan akan dikirim ke Sumatra Barat untuk menjadi guru SMA. Karena jadwal musyawarah masih berkisar 2 bulan lagi, maka harus dicari jalan keluar agar kepengurusan tidak terhambat. Alternatif untuk mengadakan Musyawarah Luar Biasa ditolak oleh anggota. Karena dinilai boros dan dekat dengan Musyawarah (selisih 3 bulan).

Ternyata Tata Organisasi mengijinkan untuk melakukan mutasi di antara pengurus bila ada anggota Dewan Racana yang berhalangan. Maka diadakanlah suatu pertemuan ‘rujak party’ yang disebut acara Komisaris. Ketua Sangga Kerja-nya adalah Retno Lestari (FMIPA Biologi 88, CD). Acara ini berlangsung di Gedung Pusgiwa UI lantai 2.

Waktu itu kami baru saja pindah dari Gedung Rektorat Lantai 7 yang sejuk ber-AC (dan memiliki pemandangan danau UI) ke Gedung Pusgiwa yang panas dan sulit transportasi. Tentunya ini kehendak dari Purek III UI dr. Merdias Altmatsier untuk mengisi Gedung Pusgiwa yang baru dibangun. Maka, acara Komisaris ini dijadikan sarana agar kami mulai mencintai Gedung Pusgiwa, sebagai tempat mangkal yang baru. Dalam Komisaris ini, Ketua Sekar menunjuk Wahyu Saeful Bahri (CD) sebagai pejabat Ketua hingga Musyawarah 1990.

Musyawarah 1990 berlangsung di rektorat UI lantai 7, bulan Maret. Hasilnya Ketua Sekar dan Ka DR putra Wahyu Saeful Bahri (CD) dan Ka DR putri Etty Herawati (CD). Mungkin ada masalah pada proses kaderisasi racana Stri, sehingga terlalu jauh angkatan dari Ketua DR Nila Ayunda (FS 83, D) ke Etty Herawati (FH 88, CD). Bisa jadi akibat Nurdianti Latinulu (FS 86, CD) tidak bersedia menjadi ketua. Namun Nila masih membantu dalam posisi Pemangku Adat putri. Jadi pada periode ini ada masalah serius dalam kaderisasi anggota. Anggota-anggota yang waktu itu belum pandega (jenjang CD) dipilih menjadi ketua dan harus dilantik pandega selekasnya. Dapat dipastikan ada shock yang dialami pada bulan-bulan awal masa kepengurusan.

PERSAINGAN NARA DAN STRI

Entah kenapa, mungkin angkatan inilah dari seluruh sejarah racana yang tergolong amat lucu. Terjadi persaingan tajam antara racana Nara dan racana Stri. Mereka ingin membangun kelompoknya agar lebih baik dari yang lain. Racana putri berhasil mengadakan kegiatan khas mereka yaitu KBS (Kemah Bakti Stri) di pantai Anyer, juga perkemahan di Mandalawangi Cibodas. Sedangkan Racana Putra mengadakan pendakian ke Gunung Gede bulan Juli 1990 (walau mengajak putri : Endang Wahyu Lestari ,CD; Ella Dwiningsih ,CD, -FH 87 dan Sundusiyah, CD, sehingga mereka ini ketiganya disebut Nara-Putri). Beberapa bulan kemudian, Ella, Wahyu Saeful, dll. melakukan pendakian lagi ke Gunung Ciremai.

Problem yang juga tajam selain persaingan Nara-Stri adalah masalah Adat. Di Dewan Racana masa itu hanya ada 3 Pandega (Wahyu, Etty dan Nila). Sebagian besar anggota adalah CD, Calon Pandega. Ada kecurigaan dari warga CD terhadap lembaga Dewan Kehormatan. Anggapan yang beredar adalah Dewan Kehormatan, yang anggotanya adalah para pandega, berhak mem-veto setiap keputusan Dewan Racana. Kalau begitu untuk apa dibentuk Dewan Racana?

Anggota racana tidak mengerti sama sekali sistem Adat. Tampaknya Adat terkunci. Tidak ada informasi. Pengurus DR yang rata-rata berjenjang CD takut merencanakan kegiatan. Nanti salah-salah bisa melanggar adat dan diseret ke Dewan Kehormatan. Jadi ada kesenjangan jauh antara Pandega dengan jenjang di bawahnya.

Masa itu hampir semua anggota putra berikrar akan jadi CD abadi. Anggota Nara, Jentot Nugroho (FT Metalurgi 88, CD), memberi istilah kelompoknya CD 17. Yaitu anggota CD yang dilantik Kak Mpu malam 17 Agustus 1990 di areal penghijauan, utara Kampus UI.

Kemacetan jenjang ini jelas menghambat kaderisasi Racana Kalpavriksha. Dan efeknya dirasakan sampai bertahun-tahun kemudian. Untuk mengatasi problem ini, harus ada informasi terbuka tentang adat. Sistem pelatihan racana harus diperbaiki untuk mengalirkan informasi dari angkatan tua ke angkatan berikutnya. Sayang sekali kita tidak memiliki dokumentasi yang baik sebagai sumber informasi kita.

MENDOBRAK PELATIHAN

Seperti tahun sebelumnya, di tengah tahun 1990 diadakan SPK 1990. Kali ini diketuai oleh Tari (Endang Wahyu Lestari, CD). Jika tahun 1989 ada Perjalanan Malam di kampus UI, kali ini diganti perkemahan di Kebun Karet Citayam. Namun sama seperti dulu, anggota yang terjaring sedikit sekali.

Periode 1990-1991 adalah masa yang sukar bagi Racana Kalpavriksha. Pengurus DR adalah orang-orang baru, mayoritas CD. Tidak memiliki pengalaman, tidak tahu apa-apa tentang kepramukaan Pandega, dan tidak ada dokumentasi lengkap di Sekretariat racana sebagai bahan untuk belajar. Padahal pihak lain di kalangan Gerakan Pramuka menganggap Racana Kalpavriksha sudah mapan. Sementara itu banyak kegiatan dan undangan yang harus dihadiri oleh utusan racana.

Untuk mengatasi ketidaktahuan ini, pengurus Dewan racana sering sekali mengadakan rapat di kediaman Kak Mariati di Mampang Prapatan. Tujuannya untuk membuat kesepakatan-kesepakatan dan terobosan. Hasilnya untuk membenahi pengelolaan organisasi racana. Seringkali rapat dilakukan sepanjang malam sampai pagi. Padahal sebelumnya yang biasa rapat sampai pagi hanya Dewan Kehormatan. Dapat dikatakan saat ini semua anggota Dewan Racana sedang belajar dan memprogram kembali format (bentuk) racana, dan menyingkirkan penghalang- penghalang dalam sistem pengelolaan racana. Efek yang jelas adalah perombakan Adat Racana kelak.

Kegiatan pada masa ini sangat padat. Seperti Perkemahan Wirakarya Nasional (diutus Edo Ahmad Ruhdin, Sosiologi 86 CD, dan Retno, Biologi 88 CD), serta utusan-utusan untuk pembentukan SMPT yang kelak menjadi SMUI. Saat ini banyak sekali sangga kerja yang dihasilkan. Sehingga ada istilah ‘Dari Sangker ke Sangker’.

Bulan Oktober 1990, Dewan Racana memikirkan metoda rekruitmen yang baru untuk anggota. Disetujui agar Diklat melaksanakan program usulannya pada 24 dan 25 November serta 1 dan 2 Desember 1990. Paket kegiatan penerimaan ini disebut Galang Citra Diri (Galang = pembentukan, Citra = image, gambaran, Diri = pribadi). Jadi arti nama Galang Citra Diri adalah “Pembentukan Karakter Pribadi”.

Pada DR tahun 1990 ada 2 kegiatan pelatihan yaitu SPK 90 dan GCD 90. SPK sekedar sarana publikasi. Sedang GCD benar-benar rekrutment. Pada tahun-tahun berikutnya SPK tidak lagi diadakan, karena DR menilai SPK memakan biaya besar dan tidak menjamin ada anggota yang akan masuk (karena SPK tidak mengikat).

Konsep GCD yang baru dirancang adalah memberi bekal anggota baru dengan paket-paket materi dasar kepramukaan, yang diadakan pada batas waktu tertentu, dengan sasaran (target) mutu yang jelas. Jadi berbeda dengan kegiatan latihan rutin tiap Sabtu. Materi GCD dibagi 3, yaitu Wawasan, Teknik Kepanduan (Scout Craft) dan Ketrampilan Alam Bebas (Wood Craft).

Acara GCD 90 ini dilakukan secara ceramah dan demonstrasi di Pusgiwa, serta penerimaan Warga Gugusdepan (WG) lewat tradisi menyeberangi Danau Politeknik dengan menggunakan tali. Walau acara GCD 90 ini dinilai masih berantakan, tapi menjadi dasar bagi pola rekrutment tahun-tahun sesudahnya.

Terobosan lain di bidang pelatihan adalah dilaksanakannya Kursus Mahir Dasar (KMD) di Pusgiwa UI tanggal 10-17 Februari 1991. KMD ini diikuti oleh anggota racana, dan undangan dari perguruan tinggi lain serta guru-guru di kawasan Depok.

PEROMBAKAN SISTEM ADAT

Sangga Kerja Musyawarah 1990 diketuai oleh Erliani Prihati (Kimia 88, CD). Tempat yang dipilih kali ini adalah di Cibulan, Puncak, Jawa Barat. Ketua Sekar dan Ka DR putra terpilih adalah Fajar Reza Budiman (CD). Ka DR putri adalah Sundusiyah (CD). Sementara Etty Herawati (D) dan Wahyu Saeful Bahri sebagai Pemangku Adat.

Di tahun ini, Kwartir Nasional menyelenggarakan Jambore Nasional di Cibubur. Dewan Racana ingin menggunakan kesempatan ini untuk pameran dan berdagang. Semua anggota sangat berperan membantu. Namun ada sedikit masalah kecurian uang dan sedikit tabrakan mobil. Selain peran serta di pameran, anggota racana Kalpavriksha juga terlibat dalam Seksi Penelitian dalam Kepanitian Jambore 1991 bersama-sama racana lain.

Setelah Jambore selesai, pada 14 September 1991 ada 3 pandega yang dilantik oleh Kak Mpu dan Bunda Bunakim di Ragunan yaitu Fajar (CD), Sundu (CD) dan Dwi Malistyo (CD). Jumlah ini ditambah lagi pada akhir tahun dengan pelantikan Tiwuk (CD) dan Tari (CD) di Arboretum Cibubur, oleh Bunda. Waktu itu Kak Mpu sedang pergi ke Jepang. Setelah Kak Mpu tiba kembali, diadakanlah rapat-rapat Dewan Kehormatan malam hari di rumah beliau. Di awal 1992 itulah disepakati sistem adat baru yang kelak akan diresmikan pada Musyawarah 1992.

Yang menjadi sumber kemacetan adat lama adalah Ketua dan Pemangku Adat harus Pandega. Sedangkan syarat Pandega adalah usia 21 tahun. Jelas hal ini menghambat. Seorang mahasiswa yang baru masuk racana rata-rata berusia 18 tahun. Mereka harus menunggu lama hingga usia 21 untuk dilantik. Bila hal ini diteruskan akan menghambat percepatan organisasi racana. Jadi harus diubah!

Jenjang yang lama adalah :

      • Warga Gugusdepan
      • Warga Racana
      • Calon Pandega
      • Pandega (harus berusia 21).

Setelah rapat Dewan Kehormatan berhasil merumuskan sistem adat yang baru, maka jenjang berubah menjadi :

      • Warga Gugusdepan
      • Warga Racana
      • Pandega (di bawah usia 21)
      • Pandega Wira (harus berusia 21).

Pada jenjang yang baru ini jumlah butir SKU dikurangi (sebelumnya 39 butir). Buku SKU diberikan pada waktu Penerimaan Warga Gugusdepan (sebelumnya diberikan sewaktu Calon Pandega). Yang terpenting dalam adat baru ini adalah jenjang Pandega boleh diberikan pada usia di bawah 21, misalnya 18 tahun. Tetapi Jenjang Pandega Wira tetap harus berusia 21 tahun.

Terobosan yang didapat dari adat baru adalah Ketua dan Pemangku Adat boleh berusia di bawah 21 tahun. Sebelumnya hal ini mustahil terjadi, dan sampai kini pun di Gerakan Pramuka tidak ada pandega (apalagi ketua Dewan Racana) di bawah usia 21 tahun. Diharapkan dengan adat baru ini akan mempercepat proses kaderisasi dan pembinaan di Racana Kalpavriksha.

Perkataan WIRA berasal dari kebudayaan Jawa yang mengenal istilah TAMA dan WIRA (ingat istilah militer Tamtama dan Perwira). Sebenarnya kedua jenjang Pandega ini diusulkan untuk diberi nama Pandega Tama dan Pandega Wira. Namun karena alasan tertentu, maka disetujui nama Pandega dan Pandega Wira.

Setelah adat baru ini dikeluarkan, maka anggota pertama yang dilantik Pandega dengan sistem Adat baru adalah Wening Pusparini (WR) dan Yudho Bintoro (WR). Keduanya terpilih menjadi Ketua DR putri dan Ka DR putra dalam Musyawarah 1992 di Arboretum Cibubur. Sedangkan Fajar (D) dan Tiwuk (D) menjadi Pemangku Adat.

RENCANA LKISNP2T - GRK 1992

Pada Musyawarah 1992 ini, Kak Mpu mengingatkan anggota untuk mempersiapkan kegiatan bagi ulang tahun ke 10 Racana Kalpavriksha tahun 1993. Usul yang diajukan adalah membentuk kegiatan nasional kembali seperti AK 88. Dari rapat-rapat berikutnya disetujui gambaran bahwa kegiatan akan berupa lomba pembinaan. Karena isu yang sedang dibicarakan oleh pembina-pembina pramuka perguruan tinggi dan Dikti saat itu adalah membangkitkan minat anggota pandega untuk menjadi pembina.

Tahun 1992 ini Kwartir Nasional mengadakan Raimuna Nasional di Cibubur. Seperti biasa, DR mencari peluang untuk membuka stand dagang kaos, stiker, dll. Kali ini kepanitiaannya lebih baik dari pameran Jambore. Sistem rekruitmen anggota baru pada tahun 1992 ini agak berbeda. Nama yang dipilih adalah Gilang Racana Kalpavriksha (GRK). Tujuan Dewan Racana adalah menonjolkan nama “Racana Kalpavriksha” ke dalam kalangan mahasiswa UI. Tapi bentuk dan bobot materinya sama dengan GCD sebelumnya. Ide nama GRK berasal dari Syamsuddin (FMIPA D3 Instrumentasi 90, WR). Cukup banyak anggota hasil rekrutment kali ini. Untuk pelantikan anggota, Tiwuk (D) memilih tempat di Cibodas. Maka setelah acara Perjalananan Malam, semua anggota baru dilantik di air terjun Cibeureum, kecuali Pristiyanto (FS Sejarah 92) yang belum bersedia. Angkatan yang diterima ini disebut GRK 1992.

FORKOM PERTI - PERSIAPAN LKISNP2T

Pada era kepengurusan kali ini, Forum Komunikasi antar racana perguruan tinggi di Jakarta sedang berkembang. Fajar (D) dan Yudho (D) banyak terlibat dan memotori kegiatan Forkom seperti Latihan Gabungan di Bojong Gede, pertemuan di puncak, acara kunjungan-kunjungan, dll. Kekompakan Forkom ini akan terasa sekali kelak dalam kegiatan Lustrum 2.

Bulan Januari 1993, Dewan Racana mengundang pembina dan anggota untuk rapat pertama persiapan kegiatan Lustrum 2 di Salemba. Tempat yang dipilih adalah salah satu ruang sidang di Jurusan Patologi FKUI. Tidak banyak yang hadir pada rapat kali ini. Sejak rapat inilah dimulai persiapan-persiapan untuk menyelenggarakan Lustrum 2. Dalam rapat-rapat berikut, terpilih Fajar (D) menjadi Ketua Sangga Kerja. Pembantu Rektor III UI dr. Merdias mengusulkan jangan memakai kata ‘Lustrum’. Maka disepakati pemakaian kata LKISNP2T yang merupakan Lomba Karya Ilmiah dan Simposium Nasional Pramuka Perguruan Tinggi. Acara ini akan diadakan pada Januari 1994 sewaktu Dies Natalis UI. Jadi ada persiapan selama 1 tahun.

Aktivitas yang cukup besar pada periode ini adalah kegiatan pelatihan manajemen yang diikuti pramuka perguruan tinggi se-Jakarta. Kegiatan ini diketuai oleh Fransiskus (Icus, FS Perancis 91, WG). Acara yang disebut LDKMP3T ini diadakan di Gedung Rektorat UI Lantai 8 bulan Juli 1993. Juga ada kegiatan Wide Game untuk penggalang yang dikomandani oleh Kumpul “Ucok” Sianturi (Poltek, WG).

MUSYAWARAH 1993 - LKISNP2T

Musyawarah 1993 berlangsung bulan September di Arboretum Cibubur. Pada saat ini yang terpilih sebagai Ketua DR putra dan Ketua Sekar adalah Ahmad Fahrurozi (FS Rusia 91, WR), Ka DR putri Rima Panjaitan (FISIP 90, D). PA putra Dwi Malistyo (D) dan PA putri Wening (D). Musyawarah ini berlangsung di tengah-tengah kesibukan LKSINP2T, karena itu di sela musyawarah diadakan rapat koordinasi Sangga Kerja yang dihadiri pembina dan seluruh anggota.

Ulang tahun Racana Kalpavriksha ke 10, dilangsungkan di Taman Bunga Cibubur tanggal 28 November 1993. Acaranya adalah kumpul-kumpul anggota dengan alumni.

Kesibukan di LKISNP2T ini menyebabkan pelantikan pengurus Dewan Racana 1993-1994 terhambat hingga Januari 1994, beberapa hari menjelang pembukaan acara LKISNP2T. Upacara pelantikan DR yang tergesa-gesa ini diadakan di ruang Balai Kitri Rektorat UI. Rektor yang melantik adalah Rektor baru, yaitu Prof. Dr. MK Tadjuddin, pengganti Prof. Dr. Sujudi yang menjadi Menteri Kesehatan.

Panitia LKISNP2T bekerja di bawah stress. Masalah konsep, dana, undangan, pembicara, akomodasi, dll. demikian ketat. Sekretariat ditangani Tiwuk (D), Keuangan dipegang Retno (D), Sarana Yudho (D), Kabid Kegiatan Tari (D). Dibantu oleh anak-anak baru pada seksi-seksi dan anggota pandega dari perguruan tinggi lain.

LKISNP2T berlangsung sukses. Acara ini berupa Simposium dan Presentasi finalis lomba pembinaan. Ruang Simposium menggunakan ruang sidang FHUI. Akomodasi yang dipakai adalah asrama BPG (Balai Penataran Guru) di Poltangan, Pasar Minggu. Kunjungan kepada pejabat diadakan dengan Menpora dan Menteri Transmigrasi. Selain itu ada tour ke TVRI dan Harian Republika dan TMII Keong Mas. Peserta yang datang dari seluruh Indonesia memberi kesan mewah untuk penyelenggaraan LKISNP2T.

Retno (D) dan Etty (D) yang melakukan penelitian tentang tayangan televisi swasta di SMAN 97 meraih juara 2 bidang penegak. Sementara penelitian Tiwuk (D) bersama Tuti Nuraini (FK Keperawatan 92, D) dan Winarti (FMIPA Matematika 92, D), tentang kreativitas Siaga meraih juara 2 bidang Siaga-Penggalang.

PWG - Penerimaan Warga Gugusdepan

Setelah semua pengalaman ini, Dewan Racana 1993-1994 mengubah rekruitmen Gilang Racana Kalpavriksha menjadi PWG (Penerimaan Warga Gugusdepan). Nama terakhir ini disepakati agar sama dengan istilah dalam Sistem Adat! Juga mempermudah informasi agar dimengerti oleh mahasiswa UI. PWG yang pertama diketuai oleh Joko Tri Waluyo (FE 93, WR). Pelantikan warga baru lewat PWG ini dilakukan oleh Kak Mpu di BLK Departemen Kesehatan di Lembah Hijau, Ciloto, Puncak April 1994.

PWG yang kedua di ketuai oleh Riko Meisaputra (Gunadarma 92, WR) yang merupakan anggota luar biasa Racana Kalpavriksha. Kegiatan pelantikan dilakukan oleh Kak S.M. Fajar dan Kak Yuliani di Buper Cibubur, Desember 1994.

HRJTP - MUSYAWARAH 1995

Kegiatan besar yang dilaksanakan pada periode ini selain LKISNP2T adalah Hiking Rally & Jumpa Tokoh Pramuka pada bulan November 1994, diketuai oleh Teguh “Didik” Budi Santoso (FS Sejarah 92, WR). HRJTP merupakan kegiatan regional dengan lingkup DKI Jakarta di tambah Depok. Hiking Rally merupakan kegiatan ketangkasan bagi Penggalang, sedangkan Jumpa Tokoh Pramuka kegiatan sarasehan diperuntukkan bagi Penegak.

Karena mundurnya kegiatan HRJTP yang rencananya dilaksanakan pada bulan Agustus 1994, mengakibatkan mundurnya Musyawarah 1994. Musyawarah akhirnya dilaksanakan di bulan Januari 1995 diketuai oleh Ani Wiyanti (FT Elektro 91, D) bertempat di Puncak, Cimacan. Terpilih Joko Tri Waluyo (D) sebagai ketua DR putra dan Ketua Sekar, Ka DR putri Ani Wiyanti. PA putra Hari Satria Setiawan (FS Arkeologi 92, D) dan PA putri Sri Sugiwati (FMIPA Kimia 90, D).

PENUTUP

Masih banyak detil-detil sepanjang sejarah Racana Kalpavriksha yang belum tertulis disini. Misalnya sewaktu Jentot Nugroho (CD) mengadakan WideGame penggalang untuk peringatan Hari Baden-Powell tahun 1990. Atau peristiwa Dewi (WR) yang digigit ular berbisa sewaktu perjalanan malam 17 Agustus 1989 di hutan UI yang sempat menggegerkan rektor dan warga UI. Tapi mustahil semua peristiwa dan nama dapat dituliskan di sini.

Namun sekilas rentangan sejarah yang diuraikan di atas diharapkan mampu memperjelas pesan untuk calon anggota. Yaitu, dalam perjalanan racana, kita selalu jatuh bangun untuk memperbaiki diri kita. Banyak kegagalan, banyak air mata, tapi juga banyak sukacita dan bahagia. Semua itu merupakan batu ujian untuk menempa dan memperkuat jiwa kita. Ada orang yang berkata, bukan orang hebat kalau seseorang tidak pernah jatuh. Tapi yang hebat adalah orang yang setiap jatuh selalu bangun kembali.

Dalam masa-masa sulit di Dewan Racana, sesama anggota selalu menguatkan yang lain dengan perkataan, Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa. Jadi kita harus bergerak maju, selalu mengalir dan berbuat. Karena dari situ kita akan tahu bahwa yang kita lakukan benar atau salah.

Seorang bijak berkata, “Belajarlah dari Sejarah”. Ternyata informasi dan dokumentasi punya pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan organisasi kita. Dokumentasi sejarah mencegah agar kesalahan jangan sampai terulang dua kali

 

( Riko Meisaputra )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *